Rabu, 13 Januari 2016

Objective         : Understanding the aim of mathematics education
Materials         : Posed problems or question, handout and supporting references
Method           : Group Discussion

Question/Problem:
Followings are various aim of mathematics education:
Back to Bacic (Arithmetics)
Certification
Transfer Of Knowledge
Creativity
To develop people comprehensively

Discuss its implication to mathematics teaching practice? Which one of them is the most favorable for you and your teaching? Explain.
Dari tabel diatas dapat di jelaskan masing-masing berikut ini:

1.    Back to basic (perhitungan)
Makna tujuan pembelajaran matematika dari aspek ini ialah bagaimana mengkombinasikan knowladge siswa sebagai patokan dasar dalam mentransformasi kejadian atau permasalahan kedalam bentuk data sehingga dapat dikaji melalui perhitungan. Menilik arah tujuan dari tema ini ialah bagaimana siswa dapat mengarahkan fenomena permaslaham kualitatif menjadi pengkajian yang lebih kuantitatif sehingga akan terlihat lebih jelas dalam pemaknaan. Utama pembelajaran matematika ialah perhitungan, oleh karenanya kemampuan untuk mengembalikan ke dasar (Back to basic) atau mengorientasikan kedalam perhitungan sangatlah diperlukan, hal ini kaitanya terhadap pengolahan fluktiatif ranah afektif-psikomotor yang didukung oleh kemampuan kognitif. Pembekalan kemampuan yang didapatkan siswa nyatanya memiliki taraf dampak signifikan untuk mengubah karakteristik kepribadianya, cara pandangnya maupun dalam arah penentuan keputusan yang berdasarkan pola-pola dasar pembelajaran matematika. Sehingga oleh karenanya tujuan pembelajaran matematika ranah back to basic menjadi salah satu pusat perhatian yang tengah diupayakan guna fenomena ini dapat dimiliki oleh siswa.

2.    Sertifikasi
Sertifikasi dalam konteks ini merupakan sebuah surat bukti kemampuan yang menunjukan atau mengindikasikan bahwa pemegangnya memiliki kecakapan serta kompetensi tertentu dalam pelajaran. Atau sebagai alat / bentuk pengakuan resmi terhadap kualifikasi kemampuan siswa sesuai dengan standar kompetensi tertentu. Ukuran kesuksesan anak didik biasanya dilihat dari hasil proses sertifikasi yang diperliharkan melalui raport. konteks ini sangat berpengaruh kaitanya terhadap aktualisasi kepercayaan diri siswa dalam mengikuti pembelajaran. pada dasarnya siswa yang qualify dan kompetitif cenderung akan lebih mudah diarahkan guna membentuk dan menumbuhkembangkan kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
Unsur pengakuan ini dibutuhkan untuk mempermudah pemetaan kontrolisasi dan memacu intrinsic motivationssiswa itu sendiri. Akan lebih mudah untuk mengkritisi tindakan yang dibutuhkan, yang berposisi sebagai sebuahfeed back dalam hakikat pencapaian tujuan dan proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika apresiasi akademik yang diberikan guru terhadap siswa (sertifikasi) melalui raport akan berdampak kontras terhadap ketepatan treatment serta obyektivitas tanpa ada dasar deskriminasi kemampuan. Sertificasion of knowladge able to do the flaksibility aspect. Adanya tujuan pembelajaran pada aspek sertifikasi ini yakni siswa diposisikan sebagai subjek yang akan mendapatkan pengakuan berdasarkan kecakapan oleh tingkatan yang dimilikinya dari sociality.

3.    Transfer of knowledge
Transfer ilmu pengetahuan adalah salah satu cara untuk memberikan ilmu pengetahuan dari guru kepada siswanya. Guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Sebagai seorang guru dalam dunia pendidikan yaitu berupaya dalam memajukkan masa depan siswanya, serta mencapai tujuan pendidikan Indonesia.
Transfer ilmu pengetahuan pada saat ini lebih ditekankan pada siswa yang mengkonstruk konsep ilmu pengetahuan tersebut,. Siswa mampu memberikan makna pada proses belajar mengajar serta meningkatkan memori untuk mengingat ilmu pengetahuan lebih lama. Peran guru dalam membantu siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dapat berbagai macam, seperti dalam menyediakan media, menyediakan bahan ajar ataupun masalah yang dapat membantu siswa dalam membangun sebuah konsep tersebut, menggunakan metode yang mendukung dalam proses belajar mengajar, membuat kondisi ruangan menjadi nyaman.

4.    Creativity
            Kreativitas guru dalam upaya meningkatkan pendidikan matematika dapat dengan cara melalui metode dalam pengajaran. Berusaha tidak membosankan dalam proses belajar mengajarnya. Di mana tantangan sebagai guru adalah merubah mainset siswa bahwa matematika di anggap sulit bahkan menyeramkan. Di sini sebagai guru memiliki peran ang besar dalam merubah pola pikir yang telah ada.
            Seorang guru yang kreatif dapat trampil dalam menajemen kelas melakukan kerjasama secara keseluruhan dan berorientasi pada tugas kelas. Dalam motivasi, seorang guru hendaknya membimbing siswa untuk menjadi siswa yang bermotivasi, guru dapat menetapkan harapan yang tinggi terhdap prestasi siswa. Selain itu, seorang guru yang kreatif dapat memanfaatkan dalam penggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar yang dapat menimgkatkan semangat siswa dalam proses belajar. media pun berperan aktif dalam meningkatkan hasil beajar siswa dan proses belajar tidak menjadi membosankan. Ada variasi dalam proses belajar mengajar.

5.    To develope people comprehensively
Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika ini yakni mengkondisikan seseorang (siswa) memiliki penuh pemahaman, artinya bahwa tidak hanya dituntut untuk mengerti tentang kajian-kajian tertentu tetapi lebih ditekankan bagaimana siswa lebih tajam dalam mengetahui fenomenologi disekitarnya. Bukan hanya sebatas siswa dapat mengetahui fakta, konsep, prinsip maupun keterampilan tetapi main point dari penuh pemahaman yaitu siswa mempunyai pola pengkajian yang lebih kritis, simbolis  dan rasional dengan adanya basic pengetahuan yang ia miliki berdasarkan konsep,fakta tersebut. Dalam pembelajaran matematika sering kali kita temukan bahwa penyerapan makna pengkajian materi tertentu yang dilakukan siswa kurang diapresiasi penuh menjadi suatu prioritas utama tetapi lebih kepada bagaimana siswa menghafal rumus dan mampu menyelesaikan soal permasalahan pada buku. Sehingga konteks pencernaan pengetahuan ini hanya sebatas tuntutan formalitas yang harus siswa penuhi. Oleh karenanya tujuan akhir dari pembelajaran matematika ini ialah bagaimana mengupayakan siswa tidak hanya ber qualify tetapi memiliki pola fikir yang lebih universal tanpa ada yang menyimpang dari sesuatu yang tengah dikaji, mampu lebih aplikatif dalam penyikapi suatu masalah, mampu mengenal, memahami, mencurahkan ide dan menerapkan konsep yang telah dikuasainya. Sehingga dengan adanya konteks pemahaman ini akan mendorong siswa mengalami perubahan dalam ranah kognitif, afektif serta psikomotornya.



Selasa, 12 Januari 2016

Tugas ini merupakan tugas filsafat yang diberikan oleh Prof. Marsigit. Saya pun memilih tema mengenai dewanya dewa. Dari tema tersebut, saya teringat akan kisah mengenai Nabi Musa As. dan gurunya, Nabi Khidr As.
Allah Swt. tidak menurunkan al-Quran kecuali agar ia menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa serta obat penyakit hati mereka. Dalam upaya mencapai petunjuk tersebut, ada beberapa cara yang ditempuh oleh al-Quran. Ada kalanya melalui hukum, melalui akhlak, melalui keajaiban dan bahkan ada kalanya melalui cerita. Harus kita yakini bersama, bahwa kisah yang dituangkan dalam al-Quran bukanlah kisah biasa. Ia adalah kisah terbaik yang di dalamnya mengandung pelajaran, bagi orang-orang yang berfikir dan mempergunakan hatinya untuk mencapai hidayah Allah. Salah satu kisah yang terdapat dalam al-Quran adalah kisah pertemuan antara nabi Musa As dengan Nabi Khidir As.

Kisah ini berawal ketika Nabi Musa As. mengajarkan berbagai ilmu kepada Bani Israil dimana mereka sangat kagum dengan keluasan ilmunya. Saat itu ada yang bertanya kepadanya: “Wahai Nabi Allah, adakah di dunia ini seseorang yang lebih berilmu daripada engkau?” Nabi Musa menjawab: “Tidak.” Sebenarnya jawaban ini tidak salah, karena ia didasari pengetahuan yang ada pada beliau, sekaligus sebagai dorongan agar mereka semakin senang menimba ilmu darinya. Akan tetapi Allah segera menegur beliau dan mengabarkannya bahwa masih ada seorang hamba-Nya yang ilmunya lebih banyak dari nabi Musa As. Ia tinggal di daerah pertemuan dua laut.

Mari kita simak cerita tersebut secara rinci sebagaimana dituturkan oleh al-Quran surat Al-Kahfi ayat: 60-82. “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada (muridnya): "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun. Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lupa akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." Muridnya menjawab: "Tahukah anda tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu." Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu." Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun." Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tetang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhir melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar.” 

Dia (Khidhir) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku." Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku." Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhir membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar."


Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku." Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku." Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu." Khidhir berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” Adapun bahtera itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

Dan adapun anak itu, maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mu'min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anak itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).”

Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (QS. al-Kahfi: 60-82).

dari kisah tersebut dapat diambil hikmah bahwa apabila kita memiliki ilmu yang lebih tinggi janganlah kita merasa yang paling berilmu karena di suatu tempat pasti ada yang lebih berilmu dari kita. Semoga Allah SWT. Melindungi kita dari sifat sombong akan banyaknya ilmu yang kita miliki. 
Refleksi hidup tentang fenomena kompte

Auguste Compte merupakan tokoh filsuf pada abad-19 yang terkenal tentang alirannya, yaitu tentang aliran positivisme, positivisme merupakan kelanjutan dari aliran empirisme. Auguste Compte sangatlah mengutamakan tentang fakta-fakta, pernyataan dianggap benar apabila pernyataan sesuai fakta dan terbukti secara fakta (berempirisme). Bahkan Auguste Compte menjurus tentang Tuhan yang tidak bisa dilihat, diukur, dianalisis, dan dibuktikan. Maka menurut Auguste Compte, Tuhan tidak mempunyai arti dan faedah karena tidak ada bukti dan fakta. Padahal Tuhan adalah kepercayaan yang tidak perlu dibuktikan.

Akhirnya filsafat dalam perjalanan di atas, maka lahirlah sifat yang tetap dan konsisten berupa ilmu-ilmu dasar dan murni, sedangkan sifat yang berubah berupa sosial, budaya, ilmu humaniora. Maka dari situlah tercipta bendungan Compte. Inilah segala macam persoalan tentang August Compte seorang teknik tapi pikirannya berisi tentang filsafat. Compte berpendapat bahwa agama saja tidak bisa membangun dunia karena agama irrasional dan tidak logis. Positif dan saintifik yang digunakan untuk membngun dunia maka lahirlah aliran positifisme.

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi pun juga semakin berkembang. Banyak sekali kita rasakan pengaruh kemajuan teknologi, terutama pada gadget. Teknologi yang kian berkembang seringkali membantu kita dalam kehidupan kita sehari-hari. Itulah manfaat dari perkembangan teknologi. Namun, ada sisi negatif dari perkembangan teknologi, misalnya membuat kita jadi terhipnotis dan cenderung lebih menyukai dunia maya serta melupakan dunia nyata. Kini ada orang yang mendapatkan kekasihnya melalui internet, khususnya lewat jejaring sosial. Sayangnya, hubungan tersebut, seringkali kurang harmonis dibandingkan dengan cara tradisional, yaitu pertemuan nyata.
Sekarang, mulai dari balita sudah akrab dengan teknologi, misalnya dengan permainan dalam Laptop. Mereka lambat laun lebih tertarik dengan teknologi dan jika kurang diperhatikan, maka mereka cenderung hidup dengan gadget tersebut. Hingga kasih sayang orangtua kepadanya kurang terasa.
Sungguh merugi jika kita memiliki gadget dengan teknologi tinggi, namun tidak memiliki teman di dunia nyata. Teknologi tersebut membuat kita lupa bahwa kita hidup dalam dunia nyata, dimana kita manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, saran saya, manfaatkanlah teknologi sebaik mungkin. Jangan sampai teknologi malah mempengaruhi kehidupan sosial kita. Teknologi dibuat untuk mempermudah dan melayani kita untuk kegiatan kita di dunia nyata, bukannya membuat kita menjadi lebih hidup dalam dunia maya.

Oleh sebab itu bijaklah kita bertindak di jaman sekarang agar nanti kita tidak tersesat dan merugikan diri sendiri serta orang lain.
Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Kamis, 29 Oktober 2015
Ruang 306 lantai,  jam 07.30 – 09.10 WIB

Bismillahirohmannirohim
Assalammu’laikum Wr. Wb.
Seperti biasa perkuliahan pada pagi hari ini dimulai dengan kuis atau tes yang diajukan Bapak Marsigit terkait filsafat, diantaranya material, formal, normatif dan spiritual. Seperti biasa pula tidaklah mengherankan jika nilai yang kami dapatkan kisaran 0-10 saja. Selanjutnya perkuliahan kali ini diisi dengan sesi tanya jawab, adapun beberapa pertanyaan yang diajukan mahasiswa PEP TA 2015 Kelas B, sebagai berikut:

1.      Mengapa masih saja saya tidak mampu menjawab pertanyaan dari bapak di setiap kali kuis atau tes meskipun saya sudah membaca elegi-elegi Bapak?

Filsafat itu dirimu sendiri. Filsuf besarpun menjawab pertanyaan-pertanyaan saya  bisa mendapat 0, maka metode filsafat itu hidup. Metode hidup itu terjemah menterjemahkan. Terjemahkanlah diriku bukan aksesorisnya tetapi pikirannya, caranya adalah dengan membaca. Kemudian aku menerjemahkan dirimu dengan cara bertanya dan ternyata masih kurang”. Pada dasarnya manusia hanya dapat membaca, berusaha, berikhtiar jangan patah semangat tetapi harus terus dilanjutkan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tidak hanya untuk mengetahui pikiran mahasiswa tetapi sebagai sarana mengadakan dari yang mungkin ada menjadi ada bagi masing-masing mahasiswa. setidaknya setelah mendapatkan pertanyaan mereka memiliki kesadaran untuk menembus ruang dan waktu.

Jangankan manusia, hewan, tumbuhan, batu pun demikian menembus ruang dan waktu, contohnya tidak ada batu yang protes apabila kehujanan, kalau pun protes batu tersebut menembus ruang dan waktu dengan berbagai metodologi ruang tertentu. tetapi diam disitu “aku” sebut di depannya itu menembus waktu. Contoh pada hari kamis/pada hari ini/pada tahun ini,dll kabut asap…. Apakah ada yang tidak dikaitkan dengan waktu, silahkan menyebutkan sifat dari sekian miliar sifat yang tidak dikaitkan dengan waktu. Bahkan notabene yang terbebas dari ruang dan waktu yang ada dalam pikiran anda. Contoh 2 + 2 = 4 (identitas). Tetapi kalau hari ini 2 + 2 = 4 tidak terbebas dari waktu. Ketika sesuatu itu terikat ruang dan waktu itu bersifat kontradiktif, ada sifat-sifatnya, dan sifat itu bersifat sub-ordinat, menjadi predikat dari obyeknya.

2.      Bagaimana filsafat dalam pendidikan Indonesia dan bagaimana peran filsafat untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia?

Hal tersebut dijelaskan oleh Pak Marsigit sudah lengkap dijelaskan pada blognya. Namun beliau menambahkan untuk mengetahui praksis pendidikan alangkah baiknya juga mengetahui  landasan, latar belakang dan masa depan pendidikan . hal tersebut adalah wadah dari filsafat pendidikan, belajarlah filsafat untuk mengetahuinya, karena disana terdapat pilot-pilotnya, ideology pendidikan, politik pendidikan, pendidikan kontekstual,. Tidak perlu mengkajinya hingga ke luar negeri karena di Indonesia dapat ditemui hal-hal tersebut.

3.      Apakah filsafat dapat digunakan untuk berinteraksi dengan makhluk lain, seperti hewan, tumbuhan?

Filsafat itu merupakan wacana, bahasa, penjelasan, maka akan ada jarak diantara penjelasan dan praksisnya. Fisafat itu merupakan olah pikir, sehingga semua olah pikir yang ada digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena termasuk fenomena ghaib, dimana semakin naik ke atas merupakan ranah spiritual serta turun menjadi ranah psikologi. Dalam filsafat itu lengkap kajiannya, ada spiritual, psikologi, yang bagi orang awam menyebutnya sebagai ilham. Spiritual menunjuk pada Tuhan. Jika seseorang mendapatkan pencerahan tetapi tidak mengetahui dari mana sebabnya atau datang begitu saja itu dinamakan ilham. Ternyata jika kita mau meneliti dari setiap yang ada dan mungkin ada, “aku” selalu mendapatkan ilham. “Aku” dapat menjawab pertanyaan karena mendapatkan ilham, jangan kemudian memitoskan ilham. “Kamu” bisa tidak menjelaskan seberapa tidak proses dalam pikiranmu dalam menjawab tadi, dan tidak akan bisa sempurna dan pada akhirnya itu merupakan ilham juga. Wahyu itu juga merupakan ilmu, hanya saja orang dahulu dipersonifikasikan sebagai benda hidup karena audiensinya tradisonal. Contoh adalah ketika arjuna pergi ke dalam hutan yang sepi untuk menyendiri, menyepi, jika sepi bagi saat ini engkau itu adalah berdiam di kamar membaca elegi Pak Marsigit disitulah engkau mendapatkan pengetahuan yang banyak seklai dari yang ada dan mungkin ada. Itulah perbedaan dahulu dan sekarang. Wahyu bagi arjuna artinya dapat berkomunikasi dengan dewa, maka menyatulah diriku dengan dirimu. Spiritulnya formal itu spiritual, spiritual normatif juga spiritual.

Berfilsafat itu menyadari jika “aku” belum tahu, menyadari ketidakmampuanku, kapan “aku” mulai mengetahui, batas antara tahu dan tidak tahu. Maka benda-benda ghaib, dan sebagainya itu diterangkan naik dimensi spiritual, filsafat transenden, turun menjadi psikologi, transenden filsafat itu disebut noumena. Noumen itu di luar fenomena, yang dilihat, dirasa, diraba, dipikirkan itu fenomena, maka roh dan arwah itu noumena. Seberapa orang itu tahu, bisa menggunakan berbagai metode, pengalaman, teori ke spiritual. Berbagai macam cara untuk mengetahui apa yang disebut dengan arwah, ada batasannya, batas-batas tertentu. Bagi pikiran saya, yang namanya setan itu potensi negatif, malaikat itu potensi positif, neraka potensi negatif, dan surga potensi positif. Oleh karena itu raihnya surga ketika engkau masih di dunia tetapi bukan berarti surga dunia. Orang-orang yang sudah masuk surge secara psikologi, secara hukum kelihatan. Jelas para koruptor itu tidak masuk surga secara hukum dialah orang-orang yang masuk neraka, jika secara spiritual nanti lagi. Itulah pikiran kita berdimensi yang dilihatpun berdimensi. Maka bagi anak kecil pohon berhantu padahal kata kakak supaya anak-anak takut dan tida merusak tanaman.

Berbicara dengan hewan, apakah definisi berbicara? Contoh ada burung, kemudian manusia mengucapkan “hush”, agar burung tersebut tidak memakan padi. Hal semacam itu sudah menunjukan “aku” mengetahui bahasa. Komunikasi dengan tumbuhan, ketika tumbuhan layu, “aku” sirami. Hal itu kalau diwacanakan dimana ketika daun menguning, itu tandanya tumbuhan tersebut membutuhkan air, kemudian disiramlah ia oleh pemilik tumbuhan, itulah komunikasi antar tumbuhan dan si penanam. Muncullah elegi, yaitu elegi tumbuhan membutuhkan air.

Jika di ranah spiritual, saya pernah mengalami pengalaman spiritual tinggal di masjid 10 hari belajar pada sufi untuk menertibkan tata cara berdoa, dan lain-lain. Ketika di sana dengan alamnya yang seperti itu rasanya aku pun enggan untuk pulang, hanya ingin berdoa terus. Ketika itu sensitifitas hati, rohani saya sangat tinggi sehingga kemampuan metafisik itu muncul. Sehingga ketika saya melihat seseorang yang makan bakmi dipinggir jalan yang sebelumnya bakminya tidak didoakan dan dia juga tidak berdoa sebelum memakannya, aku melihatnya seperti orang yang sedang memakan cacing.

4.      Bagaimana beragama ditinjau dari filsafat sedangkan filsafat pada umumnya jauh dari agama?

Ketika berfilsafat tetapkanlah dulu agama, keyakinan, hatimu, yakin dulu baru mulailah menggembarakan laying-layang pikiranmu, sebab kalau laying-layang terlalu jauh ketika belum punya agama (patokan) nanti lepas talinya jatuh kemana-mana, ke negeri majusi, kofar (sangat kafir), akhirnya ikut-ikutan demikian. Sehebat-hebatnya manusia berpikir setengah dewa, tidak akan mungkin dia menuntaskan perasaannya. Banyak sekali anda merasakan sesuatu yang tidak mampu anda pikirkan. Setiap saat anda merasakannya, dari sedih-gembira, gembira-sedih, empati, membantu orang, dan lian sebagainya. Pikiran itu sifatnya mensupport spiritualisme. Filsafat ini versi saya yaitu silahkan gunakan pikiranmu untuk memperkuat atau memperkokoh iman anda masing-masing dengan saling mengingatkan sesuai dengan agamanya masing-masing. Di kitab-kitab suci disebutkan juga pentingnya cerdas dan berpikir dibanding dengan orang-orang yang tidak cerdas itu menjadi sumber godaan setan, seperti fitnah, mengatakan yang tidak baik, dan sebagainya.

5.      Bagaimana filsafat menjelaskan ketetapan Tuhan misalnya aliran-aliran teologis, fiqih dimana hal tersebut merupakan istihad manusia. Itu berarti hasil pemikiran manusia juga? Dan konsekuensinya apa?

Jadi kalau saya, pada akhirnya spiritualitas itu kembali ke masing-masing karena itu urusanmu dengan Tuhanmu “habluminallah” dan juga ada tuntutan urusanmu dengan sesama “hambluminannas”. Kalau saya daripada sesuatu yang ada di luar kemampuan diri saya, ya secara alami artinya mengalir. Lihat diriku, orang tuaku, pikiranku, keluargaku, pengalamanku, tengoklah komunitasmu, keluarga, pikiranmu seperti apa spiritual itu selama ini. Hidup yang baik adalah masa lampau, sekarang dan yang akan datang.
Itulah tugas kita untuk berikhtiar mengetahui mana-mana yang sahih, yang kurang sahih, dan sebagainya. Manusia terbatas maka bertindaklah sesuai dengan ruang dan waktunya. Contoh teknologi menunjukan dimulainya tanggal 1 syawal, saya pun tidak bisa melakukannya hanya memperkirakan saja. Maka saya mengikuti saja ketetapan aturan pemerintah, jika tidak ada ya mengikuti apa yang ada di lingkungan itu. Apak segala macam spiritualitas itu bersifat postulat, yang kemudian menjadi model di dunia ini. Subyek menentukan postulat bagi obyek, contoh kakak membuat aturan (postulat) bagi adiknya.  Strukktur berstruktur, dirimu yang memahami struktur juga berstruktur. Struktur dirimu itu yang dinamis yang sedang menembus ruang dan waktu.

6.      Filsafat itu tidak ada benar dan salah, bagaimana menurut bapak mengenai hal tersebut?

Iya benar dalam filsafat itu tidak ada benar dan salah, maksudnya ialah pikiranmu saja, yang benar adalah sesuai dengan ruang dan waktu atau tidak.

7.      Filsafat itu kompleks atau sederhana?

Filsafat itu kompleks dan sederhana. Filsafat adalah alasanku mengapa mengarah kompleks dan penjelsanku mengapa sederhana, itulah filsafat. Engkau pun bisa menerangkan filsafatmu, filsafat sederhana sekali dengan olah pikir kamu mengerti. Kompleks karena intensif, sedalam dalamnya, bersifat radik sehingga ada istilah radikalisme, ekstensif yaitu seluas-luasnya meliputi dunia dan akhirat yang masih bisa engkau jangkau melalui pikiranmu. Jika engkau tidak mampu memikirkannya ya sudah gunakan alat lain yaitu spiritualitas dalam rangka menggapai kebenaran karena menurut Francis Bacon pengetahuanmu itu kekuatanmu. Ada beberapa kendala seseorang untuk mencapai kebenaran menurut Francis Bacon:

a.       Kendala pasar: orang-orang mengatakan “oh begini, begitu, begini, begitu”  jadi kesimpulannya “begini”
b.      Kendala panggung: Artis itu mengatakan “begini” berarti yang benar “begini” (kebenaran panggung)

Pak Marsigit mengatakan A, B, C pada perkuliahan dan engkau sampai mati berhenti pada A, B, C yang dikatakan Pak Marsigit berarti engkau termakan oleh mitos-mitosnya. Hal itu harus dicerna, ditelaah, itulah mengapa saya heran tidak ada yang bertanya kepada saya maksud pertanyaan-pertanyaan saya. Berarti ada kecenderungan engkau terhipnotis dengan pertanyaan saya dan itu menjadi benar final bagi dirimu. Padahal itu bukan kehendak dari filsafat ini, kau harus membuat antitesisnya karena yang namanya menguji ya sesuka saya yang menguji agar engkau tidak menjadi sombong, karena filsafat itu terus menerus.


Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Kamis, 22 Oktober 2015
Ruang 306,  jam 07.30 – 09.10 WIB

Refleksi kali ini diawali dengan pertanyaan yang diajukan oleh salah satu mahasiswa terkait kajian filsafat mengenai pengalaman. Prof. Dr. Marsigit memulai penjelasannya dengan ketidaksempurnaan manusia yang hanya dapat memandang segala sesuatunya dari satu sisi atau tidak utuh.  Namun ketidaksempurnaan yang dimiliki manusia tersebutlah yang akhirnya membuat manusia dapat hidup, jika diberikan satu hal saja kesempurnaan justru manusia tidak akan dapat hidup. Hal itu yang menunjukkan kehebatan Tuhan yang memberikan kehidupan bagi manusia melalui ketidaksempurnaan.
Misalnya: ada seorang manusia yang diberi salah satu kesempurnaan, seperti kesempurnaan pendengaran, bukankan hal tersebut justru akan membuat manusia mengalami stress, karena ia mampu mendengar berbagai suara dengan sangat sempurna bahkan yang terkecil dan terjauh pun bahkan hingga ke akhirat.
Pengalaman itu merupakan separuhnya dunia, oleh karenanya membangun pengetahuan itu setegahnya pengalaman, yang separuhnya merupakan logika yang kedudukannya berada di atas. Berfilsafat itu merupakan mempraktikan pikiran anda, dan memikirkan pengalaman anda yang bersifat dinamis setiap harinya. Sehingga sebenar-benarnya hidup adalah interaksi antara pikran dan pengalaman.
Seorang dokter yang melayani pasiennya melalui telepon dengan cara menanyakan gejala yang mungkin dialami pasien untuk melakukan diagnosA penyakitnya merupakan contoh dari proses analitik a priori, yaitu proses olah pikir tanpa adanya pemeriksaan fisik. Dokter tersebut menggunakan pengetahuannya untuk melakukan diagnosa penyakit. Namun untuk dokter hewan prosesnya tentu berbeda. Dokter hewan ketika mengobati pasiennya yang merupakan hewan, melakukan pemeriksaan fisik, seperti menyentuh, menekan bagian tertentu. Hal tersebut dilakukan dalam rangka diagnosa penyakit yang dialami pasien. Proses tersebut merupakan proses sintetik a posteriori yaitu kehidupan berdasarkan pengalaman.  Contoh lain sintetik a posteriori adalah “jangankan engkau, aku saja ini berbeda dengan aku yang sekarang.
Dunia itu transenden, semakin ke atas semakin konsisten dan merupakan wilayah spiritual yang semakin tunggal atau monoisme yaitu kuasa Tuhan. Sedangkan semakin ke bawah atau ke bumi semakin dinamis dan penuh kontradiksi. Langit merupakan dunianya para dewa, dimana mereka tidak memiliki kesalahan. Para dewa itu misalnya kakak yang tidak memiliki kesalahan atau selalu benar di depan adiknya, dosen yang datang dan duduk dimana saja tidak ada kesalahan di depan mahasiswa. semakin tinggi semakin kecil mengalami kontradiksi, maka sebenar-benarnya tidak ada kontradiksi yaitu Tuhan yang absolute. Semakin ke bawah semakin besar kontradiksinya yang ada pada predikatnya.  Misalnya ketua yang melihat anggotanya penuh dengan kesalahan, namun para anggotanya melihat ketua dengan sebaliknya tidak ada kesalahan. Berdasarkan hal tersebut Immanuel Kann berusaha untuk mendamaikan antara dunia atas (langit) dan dunia bawah (bumi). Langit yang konsisten didamaikan dengan mengambil a priori yang kemudian disatukan dengan sintetiknya pengalaman (bumi).  Jadi sebanr-benarnya ilmu menurutnya adalah sintetik a priori sehingga ilmu akan kokoh dan lengkap. Sifat pengetahuan yang ada dalam pengetahuan itu adalah analitik dimana ukuran kebenarannya adalah konsisten. Sedangkan sifat pengetahuan pengalaman adalah sintetik yang kontradiksi yang nantinya akan menghasilkan produk baru. Pandangan demikian tidak memuaskan para matematikawan murni yang mengganggap “math is for math” adalah separuh dunia.
Sifat para malaikat atau dewa tetap, sedangkan sifat manusia di bumi sintetik. Sifat tersebutn merupakan salah satu sifat yang menonjol dalam dunia pikiran yang berisi banyak sekali sifat. Filsafat itu jika ditarik keberlakuannya selaras dengan apa yang ada dalam pikiran. Maka matematika murni obyeknya adalah benda pikir dimana terbebas ruang dan waktu. Misalnya meski siang saya dapat membayangkan malam karena ada dalam pikiran, jauh dapat dipikirakan dekat dan sebaliknya, itulah dapat menembus ruang dan waktu. Dunia pikiran bersifat ideal, tetap dan menuju kesempurnaan. Hal tersebut berkesinambungan dengan para tokoh filsafat berkemistri dengan ide-ide yang ada dalam pikiran mulai dari absolutisme, perminides (tetap), rasionalisme, dan lain sebagainya.
Umumnya pendidikan itu karena kita mengelola, berjumpa, berinteraksi, dengan anak-anak yang merupakan dunia bawah yang berada di luar pikiran, konkrit, dunia pengalaman. Ilmu bagi anak-anak berbeda dengan ilmu orang dewasa. Hakekat ilmu bagi anak adalah aktivitas, misalnya matematika bagi anak-anak adalah aktivitas matematika, seni bagi anak-anak aktivitas seni seperti corat coret. Pembelajaran UN atau hapalan itu kontradiksi karena hal tersebut mencerabut untuk berperilaku secara instan dan seperti orang dewasa. Visi pendidik adalah melindungi anak didiknya dari kesemena-menaan metode mendidik yang tidak memahami cara mendidik anak karena mendidik bukan ambisi agar anak didik menjadi seperti pendidiknya. Menurut filsafat, mendidik anak bukan dengan cara menyuguhi mereka, guru berfungsi sebagai fasilitator belajar anak.
Seseorang dikatakan ada jika ada 3 komponen, yaitu ada, mengada, dan pengada. Ada itu potensi, mengada itu ikhtiar, dan pengada itu produknya.
Dunia sendiri mengalami dilemma atau anomali karena kekuatan pikiran memproduksi resep atau rumus-rumus untuk digunakan, semakin  naik menjadi postulat-postulat kehidupan yang tinggi atau absolut yaitu firman Tuhan yang turun ke bumi menjadi rumusan kehidupan. Kekuatan pikiran/“the power of mind” matematika terbebas ruang dan waktu sehingga dapat merekayasa pikiran untuk mengkontruk konsep-konsep sebagai resep kehidupan, hasilnya menakjubkan sehingga lahirlah perubahan.  Peradaban itu merupakan produk dari kekuatan suatu pikiran/“the power of mind”, namun sayangnya semua anak-anak tidak terkecuali harus mengikuti langkah orang dewasa dalam produk pikir demikian.
Filsafat sendiri merupakan dirimu, tidak perlu jauh mengikuti para tokoh Yunani ketika berfilsafat. Jadi yang namanya demokratis, romantis, pragmatis, dan lainnya tidak lain tidak bukan adalah dirimu sendiri (mikrokosmis). Makrokosmisnya adalah naik ke atas menuju pikiran para filsuf, sejarah, dan lain-lain.
Filsafat peduli ruang dan waktu, apalagi tujuan untuk memperoleh kebahagiaan itu melalui oleh pikir, maka bersifat kontekstual masing-masing individunya. Hidup bahagia itu berkemistri dengan konteksnya. Strukturnya jelas, yang dikembangkan dari material – formal – normatif – spiritual. Jadi semacam kerucut menutupi dan menjiwai dan itulah spiritualnya.

Filsafat yang dikembangkan Pak Marsigit adalah yang demikian yaitu konteks spiritual “tetapkanlah hatimu sebelum engkau menggembarakan pikiranmu, jika tidak kau tetapkan hatimu maka bisa jadi pikiranmu tidak akan kembali”. Masing-masing memiliki filsafatnya masing-masing, di berbagai level dunia, berbagai suku bangsa pun demikian yaitu berinteraksi dengan filsafatnya masing-masing. Manfaat dari berfilsafat adalah, anda akan mampu menjelaskan posisi anda secara spiritualis seperti apa. Kalau di Amerika Serikat bebas saja boleh beragama atau tidak. Indonesia memiliki tata pemerintahan dari bawah hingga ke formal monodualis yaitu pancasila dan UUD tahun 1945. Monodualis juga dapat berarti hablumminallah dan hablumminannas. Monodualis Indonesia salah satunya adalah filsafat pancasila, mau bagaimana pun kontradiksi yang tetap demikian bertahan karena konteksnya Indonesia ketuhanan yang Maha Esa, meskipun meletakkan fondasi tersebut tidak mudah namun hal tersebut sudah mengakar dalam budaya Indonesia. Dunia itu berstruktur, pagi – sore, siang – malam, laki-laki – perempuan, pengalaman. Pengalaman sendiri merupakan abstraksi, adapun abstraksi yang digunakan  dalam perkuliah ini adalah struktur pemikiran para filsuf. Jadi segala filsafat apabila hendak menjawab berbagai pertanyaan dengan kesadaran full struktur itu dapat di lihat dari berbagai macam kedudukan strukturnya. Misalnya wadah itu dimana, bergantung pada strukturnya yang bisa saja pagi atau siang atau malam atau laki-laki atau perempuan. Perempuan itu wadahnya kelembutan, sedangkan laki-laki itu wadahnya perkasa, sigap, sedangkan isinya adalah penakut (kontradiksinya wadah). Wadah berada dimana – mana, yang dipikirkan, disebut ada wadah sekaligus isi yang mempunyai sifat. Sebenar-benarnya dunia itu full of sifat, sebenar-benarnya hidup itu adalah sifat itu sendiri. Jadi “aku” dapat berganti setiap hari mendefinisikan apa itu hidup dari yang ada dan mungkin ada. Berfilsafat tujuannya menyadari adanya struktur, setiap sifat mewakili struktur, setiap pertanyaan adalah struktur, setiap kata adalah gunung es struktur. Jika engkau tidak dapat menjawab pertanyaanku maka diantara engkau dan aku masih terdapat celah sehingga engkau belum bisa memahami struktur pikiranku.
Perkuliahan Filsafat Ilmu, 17 September 2015
Pukul 07.30 WIB
Sintesis, Tesis dan Antitesis dalam berfilsafat ilmu
tesis = semua yang “ada” dan “mungkin ada”, setiap yang didengar, disentuh, dilihat, dipikirkan tanpa terkecuali.
Antitesis = segala sesuatu yang bukan atau diluar tesis.
Ilmu merupakan sintesis dari tesis dan antithesis
tesis + antitesis (bersintesis) = ilmu

Berfilsafat adalah bagaimana menerapkan logika dan memikirkan pengalaman yang ada. Jika salah satu saja dari keduanya, maka  hidupnya hanya sebagian saja/tidak utuh.
Sebagaimana telah dikemukakan dipertemuan sebelumnya bahwa obyek filsafat adalah sesuatu yang “ada” dan “mungkin ada”. Sesuatu yang “ada” dapat disebutkan oleh seseorang dan jumlahnya tak terhingga, namun manusia memiliki keterbatasan untuk menyebutkan semua yang “ada” karena manusia tidak memiliki kesempurnaan sebagaimana sempurnya Tuhan. Sedangkan sesuatu yang “mungkin ada”, merupakan segala seuatu yang bisa atau mungkin diketahui, misalnya adalah tanggal lahir seseorang yang sebelumnya belum diketahui, atau yang lainnya.

Bersilfafat merupakan aktivitas berfikir atau olah pikir, sehingga persoalan filsafat hanya terdiri dari 2 macam, yaitu:
1.      Jika yang dipikirkan dirimu berada di dalam pikiranmu, persoalannya adalah bagaimana mengungkapkannya kepada orang lain. padahal dirimu tidak cukup mampu mengungkapkan semua hal yang ada di dalam pikiranmu. Manusia hanya berusaha untukmenjelaskan yang ada di dalam pikirannya. Maka,sebenar-benarnya berfilsafat hanya berusaha menjelaskan sesuatu namun tidak pernah mampu untuk menjelaskan.
2.      Jika yang kau pikirkan berada di luar pikiranmu, bagaimana aku bisa menjelaskan dirimu.

Teori tentang jeberadaan sesuatu atau kebenaran menurut beberapa ahli:
1.      Plato
Platonism/idealism = segala sesuatu ada atau kebenaran adanya dalam pikiran/yang dipikirkan, yang kelihatan hanyalah suatu contoh. Pemikiran Plato dapat diterapkan pada pembelajaran orang dewasa.
2.      Aristoteles
Segala sesuatu ada/kebenaran itu adalah segala sesuatu yang dapat dilihat, disentuh, diraba, dicium, dsb. Pemikirannya sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran anak-anak.
Prinsip berpikir sendiri ada dua menurut Immanuel kant, yaitu:
1.      Prinsip identitas
2.      Prinsip kontradiksi
Example: rambut berwarna hitam, namun hitam selamanya tidak akan pernah sama dengan rambut.
Sehingga sebenar-benarnya ilmu adalah hasil proses sintesis pikiran dengan pengalaman.